Minggu, 03 Desember 2017

Semangat Indonesia Untuk Asian Games 2018


Kepada Indonesia tercinta,

Asian Games 2018 sebentar lagi. Setelah 56 tahun, Indonesia akhirnya menjadi tuan rumah Asian Games lagi. Ya, Indonesia pernah menjadi tuan rumah Asian Games ke-4 di tahun 1962, menjadikan Indonesia salah satu negara penyelenggara sekaligus yang tidak pernah absen mengikuti ajang olahraga terbesar kedua di dunia ini.

Asian Games 2014, yang terakhir, di selenggarakan di Incheon, Korea Selatan. Indonesia berkompetisi dengan atlet-atlet dari 45 negara lainnya dan mengantongi 4 emas, 5 perak, dan 11 perunggu di 36 cabang olahraga. Indonesia memang belum memecahkan rekor pendapatan medali setelah Asian Games ke-4, tapi partisipasi Indonesia di ajang ini menunjukkan usaha Indonesia untuk mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia seperti yang diamanatan di Pembukaan UUD 1945. Karena, pada awalnya, ajang ini bertujuan untuk untuk menunjukkan dominasi Asia melalui semangat persatuan dan kehebatan Asia kepada dunia dengan cara nonmiliter.

Dalam prosesnya, banyak konflik dan krisis mewarnai penyelenggaraan ajang empat tahunan ini. Mulai dari konflik internal negara-negara anggota hingga konflik antarnegara dan antarwilayah di Asia. Misalnya, pada Asian Games ke-4, Indonesia sendiri tidak menerbitkan visa untuk delegasi dari Israel dan Taiwan karena tekanan dari negara-negara Arab dan China. Hal ini membuat dianulirnya penyelenggaraan cabang olahraga angkat besi. Walaupun begitu, penyelenggaraan Asian Games ke-4 di Gelora Bung Karno saat itu bisa dibilang sukses dan menjadi tonggak sejarah penting media di Indonesia.

Setahun sebelum Asian Games ke-4, Presiden Soekarno memberi perintah untuk mendirikan televisi nasional. Tujuannya agar warga Indonesia dapat mendukung para delegasi yang bertanding di Asian Games. Pendirian stasiun televisi nasional ini masuk dalam proyek penyelenggaraan Asian Games ke-4 dan rampung sebelum peringatan proklamasi kemerdekaan RI tahun 1962.

Televisi Republik Indonesia atau TVRI menjadi nama resmi stasiun TV nasional Indonesia dan menjadikan peringatan proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1962 di Istana Merdeka, Jakarta sebagai siaran percobaannya. Tidak lama kemudian, upacara pembukaan Asian Games ke-4 tanggal 24 Agustus 1962 di Gelora Bung Karno menjadi siaran perdana TVRI. Setelah itu, TVRI berkembang tidak hanya menjadi satu-satunya media yang mampu menjangkau seluruh wilayah nusantara hingga pelosok tapi juga sebagai corong propaganda pemerintah.

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, TVRI bukan hanya satu-satunya media yang mudah diakses masyarakat. Pasca reformasi, pemerintah mendorong kebebasan pers dan dengan cepatnya kini Indonesia memasuki era digital. Di masa ini, masyarakat mudah bersentuhan dengan informasi. Apalagi melalui telepon seluler yang dimiliki oleh hampir setiap warga dan kemudahan yang disediakan aplikasi seluler untuk berinteraksi dan mengekspresikan diri secara virtual. Seseorang dapat membaca berita terkini dalam hitungan menit dan memberitakannya ke lebih banyak orang dalam satu sentuhan. Hal ini berdampak positif dalam hal kecepatan penyebaran informasi dan pencerdasan masyarakat.

Tapi, seperti pisau bermata dua, informasi dapat berdampak negatif. Dalam beberapa tahun terakhir, informasi digunakan sebagai salah satu senjata untuk mendiskreditkan pihak-pihak tertentu, menyebarkan terror, dan menimbulkan kebencian.

Kemajuan teknologi informasi dalam menyikapi beragamnya kearifan lokal dan nilai-nilai yang ada di Indonesia seharusnya digunakan dengan positif. Di sisi lain, anugerah keberagaman Indonesia juga dapat digunakan dengan tidak semestinya. Kita mengalami sendiri bagaimana momen-momen bersejarah negara kita sebagai bangsa Indonesia diwarnai dengan tragedi dan konflik yang memecah belah persatuan.

Masih segar diingatan kita bagaimana Pemilu Presiden 2014 memecah belah bangsa Indonesia dengan kampanye hitam serta kontroversi yang memainkan isu-isu SARA dan sejarah kelam bangsa Indonesia. Fenomena massa bayaran dan kampanye digital menimbulkan dampak yang luas dan luka mendalam terhadap bangsa Indonesia. Dengan kecepatan dan masifnya informasi yang beredar, perlu ketelitian dan kecermatan dalam mengidentifikasi kebenaran informasi yang kita terima. Setelah riuh Pilpres reda pun, jejak-jejak digital masa ini masih eksis dan didaur ulang seolah-olah membayangi jalannya pemerintahan.

Tapi, belum kering luka kita, Pemilu Gubernur Jakarta pada tahun 2017 membuktikan dampak laten Pilpres 2014 masih sangat besar. Jakarta memang ibu kota Indonesia. Tapi, hanya penduduk dengan KTP Jakarta yang bisa memberikan suaranya di Pilgub Jakarta. Sayangnya, kentalnya isu SARA yang dimainkan di sini menjadi konsumsi publik di luar DKI Jakarta.

Berita bohong masih menjadi primadona. Kondisi ini membuat Indonesia sebagai bangsa makin terpecah karena dampak memanasnya ibu kota meluas hingga ke seluruh Indonesia. Hal ini sangat berpengaruh terhadap hubungan pertemanan mau pun persaudaraan. Ketegangan antar golongan meningkat dan potensi konflik menjadi lebih tinggi. Selain itu, kondisi ini membuat budaya hate speech atau ujaran kebencian semakin membumi.

Banyak pihak berupaya menanggulangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh ujaran kebencian. Misalnya, pemerintah mengedukasi masyarakat untuk cermat menyikapi informasi melalui iklan layanan masyarakat yang disiarkan di televisi. Efektivitas edukasi masyarakat melalui televisi memang tidak bisa dilihat dalam waktu dekat. Masyarakat Indonesia perlu langsung terlibat dan merasakan indahnya keberagaman dalam suatu momen yang merupakan perwujudan semangat persatuan dan persahabatan. Momen itu adalah Asian Games 2018.

Asian Games 2018 adalah momen untuk mempersatukan kembali Indonesia. Momen untuk merekatkan kembali Indonesia yang terpecah-pecah. Momen untuk menjalin kembali persahabatan dan kebanggaan kita sebagai Indonesia dengan mendukung delegasi kita. Tanpa mengenal daerah, bentuk tubuh, suku, agama, dan spesialisasi, atlet-atlet kita berani menyandang nama Indonesia di kancah Asia dengan bangga. Mereka menunjukkan bahwa kita bisa bersatu terlepas dari perbedaan latar belakang kita, ada banyak cara menunjukkan kebanggan kita terhadap keberagaman Indonesia, dan berkontribusi terhadap persahabatan dan perdamaian dengan negara-negara lain di Asia. Inilah momen untuk melanjutkan cita-cita persatuan Indonesia yang luhur terlepas dari latar belakang kita yang berbeda-beda.

Kita perlu mengingat kembali bahwa berbagai suku bangsa di Indonesia bersatu karena kesamaan sejarah, yaitu sebagai subjek suatu pemerintah kolonial di masa lalu. Kali ini, kita bisa bersatu untuk membela negara kita di ajang olahraga bergengsi di Asia ini. Di masa depan, kita bisa tetap bersatu untuk mewujudkan Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Nilai-nilai dalam momen ini bisa menjadi pupuk untuk melanggengkan persatuan Indonesia dan mempersiapkan kita dalam menyongsong Pemilu Presiden 2019. Sebagai bangsa Indonesia, kita mengalami ujian berat dalam menjaga persatuan kita saat menghadapi momen-momen bersejarah. Semoga melalui Asian Games 2018, kita mampu memperbaiki hubungan persaudaraan antar sesama bangsa Indonesia dan tidak mudah terpengaruh oleh ujaran kebencian yang berusaha memecah belah bangsa Indonesia.

Karena itu, Indonesia adalah satu. Nafas kita adalah satu dalam keberagaman. Seperti halnya Asia yang didiami oleh beragam suku bangsa dan budaya, kita sangat beruntung dapat menikmati dinamika keberagaman ini dalam satu wilayah negara Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia memegang peranan penting dalam menjaga persaudaraan dan keragaman Asia dan tetap menjadi energi positif bagi Asia.


Kamis, 05 Januari 2017

Kawaii | Kowaii

Kawaii tidak sekadar "cute" atau "imut".

Berasal dari ungkapan abad ke-11, "kawa hayushi" (muka yang memerah) yang berarti menjadi malu; berubah menjadi "kawayui" yang berarti malu atau tidak nyaman di abad ke-12; serta mengalami penambahan makna, berempati terhadap sesuatu/seseorang yang menyedihkan. Kata "kawaisou" merupakan kata turunan yang berarti malang, miskin, menyedihkan. "Kawaii" dalam arti menyenangkan, cantik dan imut muncul pada abad ke-16. Jadi, bisa dikatakan kawaii menimbulkan rasa kasih karena adanya empati.

Kawaii juga didefinisikan sebagai seseorang/sesuatu yang kecil, polos, lemah, belum dewasa, belum sempurna, sekejab, yang ingin dilindungi, menghentikan waktu, menunda pertumbuhan atau pendewasaan. [Inuhiko Yomata, A Theory on Kawaii, 2006]

Sering kali hal ini menimbulkan dikotomi yang sudah familiar, melindungi|dilindungi, menguasai|dikuasai, mengotrol|dikontrol. Tapi kawaii juga bisa lebih berkuasa karena kawaii belum dewasa/sempurna, objek kawaii tidak benar-benar bisa dipahami. Karena itu, ada kemungkinan kawaii menjadi sesuatu yang luar nalar. Ini juga berarti hal-hal yang kawaii lebih dari kita.
© 2017 SANRIO CO., LTD.

Lihat saja Hello Kitty dengan muka datarnya dan tokoh kucing yang dimanusiakan dalam shōjo manga. Terutama kucing, dengan dualisme karakter tanpa kontradiksi, hidup dengan mandiri dan liar namun tetap melakukan kontak dengan manusia dengan caranya yang khas, merupakan perwujudan sempurna ke-kawaii-an bagi gadis2 Jepang tahun 70an dan cara kucing dipandang dalam budaya Jepang.

Tahun 1990, muncul kucing yang "kowaii". Kowaii berarti menakutkan. Istilah baru bagi hal-hal kawaii dengan ekspresi yang menakutkan. Lihat saja manga Nekojiru Udon yang menceritakan kisah petualangan Nyatta dan Nyako.
Nyatta & Nyako dari Nekojiru Udon
Hello Kitty dan hal-hal kawaii lainnya hadir dengan ketidakmampuannya berekspresi sehingga. Hello Kitty dan hal-hal kawaii lainnya sengaja dibuat bisu (tidak berbicara) agak penikmat (pembaca, penonton, pembeli, dll) lebih menyukai mereka, mengasosiasikan diri dengan mereka, atau hingga menimbulkan rasa ingin menguasai. Nyatta dan Nyako menghancurkan pandangan itu dengan cara mereka bertindak dan berbicara. Walaupun dengan cara yang aneh dan sadis.

TAMALA 2010
Tamala 2010 adalah kucing lain yang memberikan gambaran tentang konsep kawaii pada abad ke-21. Tamala memang kucing yang polos, tapi dia egois dan mementingkan dirinya sendiri. Dia tidak memberikan rasa kedekatan, kehangatan dan kasih yang muncul pada hal-hal kawaii lainnya. Pada akhirnya, dia menjadi objek yang diinginkan oleh seluruh galaksi dengan muncul di iklan perusahaan besar di galaksi. Dia menjadi komoditas; film animasi ini menggambarkan bagaimana kedekatan hal-hal kawaii dengan masyarakat kapitalistis dan materialistis kita sekarang ini.

Jumat, 26 Februari 2016

Seragam, Sekolah dan Pendidikan

Tulisan ini dibuat untuk proses seleksi pekerjaan di suatu penerbit Indonesia.



Seragam. Mungkin itu kata pertama ketika kita menanyakan pendapat orang-orang tentang sekolah. Tapi, apa kata pertama yang akan dikatakan orang-orang ketika kita menanyakan pendapat mereka tentang pendidikan?

Menurut KBBI, pendidikan adalah  proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Sementara sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Lalu seragam adalah sama ragam, memakai pakaian seragam, menjadi seragam.

Sumber: http://36.media.tumblr.com/8e57a4f5bd3fb8b4a5f0132eac5d70a9/tumblr_mgfgusUrz31qfvq9bo1_1280.jpg

Ada satu karikatur yang menarik. Seorang guru menyuruh murid-murid binatangnya menaiki sebatang pohon. Mungkin kita bisa tertawa melihatnya karena sudah jelas bahwa hanya monyet yang mempu melakukannya dengan sangat baik dibanding binatang lainnya. Lalu, bagaimana dengan ikan? Dia bisa mati hanya karena keluar dari akuarium bolanya. Mungkin hal inilah yang membuat sebagian orang merasa miris dan mengungkapkan keprihatinannya pada dunia pendidikan saat ini.

Ternyata tidak hanya di negara-negara maju, di negara berkembang seperti Indonesia pun, karikatur tersebut masih sangat relevan. Bahkan, analogi keseragaman itu tanpa disadari sudah menjadi standar diluar lingkup sekolah berseragam di negara ini.

Perguruan tinggi dan institusi pendidikan yang tidak berseragam ternyata juga memiliki standar keseragaman yang tidak tertulis. Indeks prestasi, masa studi, dan jumlah prestasi di luar kewajiban akademik adalah tiga diantaranya. Semakin baik indeks prestasi seorang mahasiswa, semakin baik pula mahasiswa tersebut dimata orang lain. Semakin sedikit masa studi mahasiswa, semakin luar biasa mahasiswa tersebut. Semakin banyak prestasi yang dimiliki oleh mahasiswa, semakin dihormati ia dilingkungannya.

Apakah ketiganya mampu menunjukkan siapa sebenarnya si mahasiswa? Pada akhirnya, kita terpaku hanya pada kuantitas. Kita menilai seseorang dari satu sisi, seberapa banyak dan baik prestasi orang tersebut.

Lalu, apakah keseragaman itu buruk? Tidak, selama tujuan kita jelas. 

Tujuan penggunaan seragam adalah menimbulkan rasa kesetaraan sebagai sesama murid yang menjalani proses pendidikan dan menempa kedisiplinan. Tapi murid-murid sekolah berseragam tidak pernah diberi pengertian mengapa mereka harus mengenakan seragam. Hingga akhirnya senior-senior mereka di perguruan tinggi lah yang nanti mengajarkan mereka tentang hal ini dalam waktu singkat.

Tentu, para murid itu mengerti tentang kedisiplinan yang diajarkan oleh sanksi yang diberikan oleh guru, teguran dari orang tua, atau bahkan perlakuan tidak patut dari teman mereka sendiri jika seragam yang mereka kenakan tidak sesuai. Pada tahun 2015, ada siswa yang mengalami penganiayaan di Pati karena tidak ada nama dada di seragamnya. Bahkan ada siswa yang meninggal karena memakai seragam yang tidak sesuai untuk upacara di Ternate.

Tapi, apa benar begitu? Karena masih saja ada murid yang menganggap hal ini adalah suatu tantangan. Tantangan untuk sukses tidak dikenai sanksi jika mereka melakukan pelanggaran.

Murid-murid seperti itu biasa dianggap anomali di lingkungannya. Padahal standar yang digunakan untuk menilai perilaku semacam ini juga dibentuk oleh lingkungan itu sendiri. Jika monyet yang pintar memanjat disuruh berenang oleh sang guru, apakah monyet bisa melakukannya sebaik ikan? Tentu kita paham bahwa sang guru tidak bisa memaksa monyet untuk berenang karena perbedaan fisiologis dan habitatnya.

Kita tidak bicara mengenai monyet dan ikan. Keduanya sudah jelas dari dua spesies berbeda. Jika kita bicara mengenai satu spesies yang sama tapi dengan karakteristik berbeda, kita bisa melihatnya dari satu sudut pandang tertentu.

Menurut ilmu psikologi, manusia memiliki potensi diri yang berbeda dari makhluk lainnya. Tiap manusia juga memiliki potensi yang unik dan berbeda dari manusia yang lainnya. Potensi diri ini bisa disebut juga dengan kecerdasan. Potensi diri dari adalah kemampuan untuk menalar dan menyelesaikan masalah serta menciptakan kreasi berdasarkan berbagai sudut pandang pada satu waktu. Howard Gardner telah merumuskan delapan jenis potensi diri. Bisa jadi seseorang memiliki lebih dari satu potensi diri3.

Mari kita lihat karikatur di awal tulisan ini. Misalkan saja tiap individu di gambar tersebut memiliki kecerdasan masing-masing, apa yang akan terjadi, ya?

Sang guru memiliki kecerdasan linguistik sehingga beliau mampu menginstruksikan murid-muridnya dengan jelas dan tepat sesuai dengan apa yang buku teks sebutkan. Lalu ada si monyek dengan kecerdasan kinestetisnya mampu memanjat pohon dengan mudahnya dengan kelenturan dan refleks tubuhnya. Si pinguin dengan kecerdasan musikalnya dengan mudah bisa mengenali suara-suara di alam dan menari dengan gerakan yang indah walau pun dia tidak mampu memanjat pohon. Ada juga si gajah dengan kecerdasan numeriknya mampu berpikir logis dan terstruktur sehingga dia bisa menjelaskan dengan runut ke sang guru bahwa dia tidak mungkin bisa memanjat pohon tersebut, tapi dia bisa meraih cabangnya dengan belalainya yang bergerak dengan teori alam.

Kemudian si ikan dengan kecerdasan interpersonalnya mampu mengungkapkan dengan baik pikirannya bahwa dia tidak akan mampu melakukan tugas itu dan sang guru mampu menerimanya, bahkan iba terhadap keadaan ikan. Pemilik kecerdasan visual serta intrapersonal, si anjing laut, memberikan gambarnya yang indah akan rumahnya dan bagaimana dia merasa bahwa pohon itu asing dan menyeramkan lalu membayangkan bahwa pohon itu akan lebih baik baginya jika menjadi laut lepas kepada sang guru. Lalu si rubah, pemilik kecerdasan naturalis, sebelum dia mencoba memanjat pohonnya, dia menjelaskan dengan rinci bagian-bagian pohon dan kategori ilmiah pohon tersebut.

Nah, apakah kekayaan kecerdasan para murid ini akan sia-sia? Boleh kita berandai-andai bagaimana sang guru menangani murid-muridnya yang unik ini. Tapi lebih baik jika kita menyadari dan menghargai perbedaan pribadi-pribadi dalam satu ruang kelas yang besar bernama dunia ini.

Senin, 25 Januari 2016

Puisi

Aku punya blog lain di Wordpress yang hanya berisi puisi. Sudah lama tapi teringat kembali karena aku menulis puisi-puisi disana di smartphone pertamaku. Sampai aku lupa log masuknya. Tapi aku masih ingin menulis puisi-puisi lainnya melalui smartphone-ku yang sekarang. Jika kau punya waktu, silakan berkunjung kemari. :)

Senin, 22 Juni 2015

Minions yang "Lucu"


**!!! SPOILER ALERT !!!**

 Untuk Anda yang berharap mengenai review film seadanya serta bagi Anda yang belum menonton film ini, harap segera menutup halaman ini jika tidak ingin pengalaman berharga Anda selama 91 menit di bioskop nantinya akan rusak.

Tapi jika Anda tidak peduli akan semua itu, 
selamat menikmati :)

_________________________________________________________________________________





Siapa yang tidak tahu makhluk kuning, imut, penyuka pisang dan kaki tangan Gru yang paling setia serta konyol ini? Yap, minion. Kaum celana monyet ini bahkan sudah eksis di Bumi sebelum manusia. Setidaknya begitulah cerita film spin-off Despicable Me ini, Minions.


Terlepas dari tingkah laku dan bentuk mereka yang lucu, nampaknya penonton maniak kaum minion begitu terlena dengan film Minions. Tentu sudah banyak film dengan bungkus ala Amerika yang spontan dengan latar belakang Inggris yang kaku. Bahkan banyak sudah review film ini menyatakan bahwa kemasan humor renyah yang ditawarkan oleh film ini menyepelekan pesan moral, alur cerita, atau kaum minion sebagai tokoh cerita utama film ini. 

Tetapi bagaimana jika humor yang mereka sajikan merupakan humor dewasa dosis kuda berpadu dengan kesadaran anak-anak dan sarat akan makna?
  1. Pembukaan film ini sangat menarik seperti games masa lalu, Feeding Frenzy, dan sangat… Darwin.
    Survival of the fittest… Yah, mungkin frase ini adalah inti dari film ini. Tidak perlu diragukan lagi siapa yang tidak pernah mendengar inti teori evolusi ini dalam buku On the Origin of the Species (1869) karya Darwin.
  2. Minion yang kecil, lucu dan ratusan selalu siap sedia dibelakang tuannya sang predator (atau pemimpin terbengis) pada masanya. Yah, walaupun pada akhirnya mereka menyebabkan kematian si tuan.
    Jadi, siapa yang ada di belakang tiap pemimpin dan penguasa dunia dari dulu hingga sekarang ini?
  3. Saat kaum Minion menyusul kelompok Kevin dari Antartika, mereka melewati Australia, India & Amerika sebelum akhirnya tiba di Inggris.
    Nah, saatnya pelajaran sejarah! Ketiga negara tersebut adalah bekas jajahan Kerajaan Inggris. Mereka mendapatkan kemerdekaannya dari kemurahan hati Sang Ratu Inggris. Persemakmuran Australia mendapatkan kemerdekaannya dalam rentang tahun 1901 hingga 1986. Sementara Republik India pada tahun 1947 hingga 1950. Amerika (US) sendiri pada tahun 1776 hingga 1959.
  4. EH! Tunggu, mungkin ini tambahan untuk poin ke-3. Mereka singgah bukan di Amerika secara lokasi sebenarnya, tetapi pada studio pengambilan gambar pendaratan Neil Armstrong di bulan. Bendera Amerika terlihat diantara dua astronot berkostum lengkap dengan background Bumi dari kejauhan.
    Banyak rekaman menyatakan peristiwa bersejarah ini merupakan kejadian sesungguhnya. Tapi seiring berjalannya waktu, berkembang teori dan pembuktian baru yang menyatakan bahwa peristiwa tersebut hanya rekyasa. Rekayasa atau kejadian sesungguhnya? Mungkin hingga kini hanya NASA yang bisa menjawabnya.
  5. Ratu Inggris yang digambarkan sangat tenang dalam bertindak walau pun brutal, kuat, dan minum bir.
    Brutal saat menghajar salah satu minion yang ingin merebut mahkota St. Edward miliknya, kuat karena sang ratu mampu mengalahkan pria berotot beradu panco kemudian minum bir. Tidak sulit rupanya membayangkan Sang Ratu Inggris tanpa protokol keanggunannya....
  6. Bob si minion mampu melepaskan pedang dalam legenda, Excalibur.
    Excalibur, berdasarkan mitos Raja Arthur, merupakan pedang dalam batu yang mampu dicabut oleh Arthur sehingga dia menjadi Raja. Mitos ini juga seirama dengan mitos Norwegia tentang Sigurd yang mampu mencabut pedang Gram dari pohon Barnstokkr. Siapa pun yang mampu mencabutnya dianggap mampu menjadi pemimpin dan karena itu diangkat menjadi Raja.
  7. Ketika kabur dari ruang penyiksaan istana, trio Kevin melewati gorong-gorong yang ternyata salah satu ujungnya adalah zebra cross Abbey Road dimana The Beatles sedang melakukan penyebrangan bersejarah di cover album mereka, Abbey Road.
    Apa?! Abbey Road? The Beatles? Para maniak teori konspirasi sepertinya mulai mengeryitkan dahi... Hahaha, hanya bercanda. 
  8. Banyaknya kosakata Bahasa Indonesia yang digunakan dalam minionese. Terutama kejutan di hampir-akhir film: Terima kasih.
    Pierre Coffin, direktur produksi merangkap pencipta dan pengisi suara para minion, merupakan warga Perancis dan anak kandung novelis kawakan Indonesia, N.H. Dini. Dia menganggap Bahasa Indonesia merupakan salah satu Bahasa terindah di dunia karena pengucapannya yang berima. Karena itu, banyak kata bahasa Indonesia digunakan para minion. Mungkin karena cintanya kepada negeri ini juga yang menyebabkan Indonesia dipilih sebagai tempat penayangan perdana film ini.
  9. Satu hal yang pasti: Minion tidak menginginkan kekuasaan.
    Tujuan hidup mereka hanya mengabdi pada bos terbengis yang bisa mereka temukan. Ketika Bob menjadi Raja Inggris, walau tanpa sengaja, dia dengan senang hati menyerahkan posisinya pada Boss mereka saat itu, Scarlet Overkill.
    Ok! Mari kita lihat dari segi bahasa… Minion (kata benda) menurut kamus Merriam-Webster berarti seseorang yang tidak berkuasa atau penting dan menuruti perintah dari pemimpin yang berkuasa. Kata minion sendiri merupakan kata serapan dari kata Bahasa Perancis, mignon, yang berarti manis & imut.
Jika film ini hanya lelucon semata, lalu apa yang bisa kita lihat dari film ini? Tentu saja, kepemimpinan dan persaudaraan yang diperlihatkan oleh trio Kevin, Stuart dan Bob sepanjang film ini. Kevin dengan inisiatif dan intuisinya mampu membawa kedua rekannya untuk melangkah lebih jauh dari pada minion yang lain. Sementara hubungannya dengan Stuart si nyentrik dan Bob si lugu seolah mengeliminasi perannya sebagai pemimpin karena dengan semangat persaudaraannya mereka mampu mencapai tujuan mereka selama ini.

Wow, setidaknya ada 9 humor ala minion yang bisa disebutkan disini. Tetap saja, kartun adalah dunia bebas yang hanya bisa dibatasi oleh imajinasi kreatornya. Apa pun bisa terjadi, apa pun bisa menjadi seperti tangan tak terlihat yang mengatur dunia ini.

Kamis, 03 Oktober 2013

First Giveaway BOOK!

Awal bulan ini aku mendapat kiriman hadiah.

Tiba-tiba ada kurir F*d*x datang ke rumah waktu gak ada orang. Ninggalin slip kuning tanda gak ada yang nerima barang. Ada kiriman apa ya, perasaan gak pernah beli di online shop... atau mungkin sampel produkku nyampai? Tapi kok F*d*x? Jarang-jarang nih hoho

Hari berikutnya, saking penasaran karena gak ingat isi kirimannya, ke F*d*x bareng Abang. Nah loh, jauh banget lagi kantornya, nyari sampe muter-muter. Padahal ada cabang kantornya di daerah rumah.

Sampai di kantornya, ternyata udah dibawa kurirnya mau di-resend ke rumah. Yahhh...

Akhirnya terpaksa balik dan nunggu di rumah. Setelah nyampe si paket, saya di protes Pak Kurir karena sebelumnya udah bikin bingung Bapaknya tentang lokasi saya hehehe

Paketnya sendiri langsung bisa bikin saya bilang "Ohhh..." dengan lega begitu baca description. Ternyata bener ini paket buku giveaway dari komunitas muslim yang aku dapet 1 atau 2 bulan lalu. Yey~ :D

Eh, eh, tapi, tapi, "country of origin"nya  kok dari India yah? *tuing-tuing


First Giveaway MAGAZINE!

hOLaa~!

Hari ini, tanggal 2 Oktober 2013, majalah Saudi Aramco pesananku tiba!

Cuma denger aja sih, trus coba-coba dikirim nggak ya? Karena ini majalah bulanan dan tiap tahunnya perlu memperbaharui subscription-nya. Deskripsi singkatnya menurutku ini majalah isinya general life.

Ternyata bener-bener datang tanpa biaya subscription atau pun shipping. Samapai sekarang belum aku buka dari plastik pembungkusnya. Karena aku masih bertanya-tanya gimana bisa bikin majalah yang biaya pengirimannya juga gratis ke seluruh dunia. Mau ngapain coba sama majalah kayak gini ya?


Heuuu~

I'll let you know the inside when I open it  ;)

Selamat beraktivitas